Bupati adalah pelayan rakyat, pelayan masyarakat, baik yang kaya atau yang miskin tanpa membedakan. Hal itu adalah idealnya sebagai pemimpin, akan tetapi kenyataan yang terjadi dilapangan sangat berbeda.
Andai mereka tahu, sepereti itulah beratnya jadi pemimpin. Meskipun, sebelumnya praktek melayani masyarakat dulu sudah pernah dicontohkan oleh khalifah Umar Bin Khattab dan sungguh luar biasa beratnya.
Hal itu diungkapan Yoyok sapaan akrab Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo, dalam acara talkshow inspiratif bersama PPPA Daqu Semarang di Masjid An Nur Lamper, Sabtu lalu (11/6).
Dalam kesempatan tersebut pak Yoyok menyampaikan, menjadi bupati bukan cita-citanya. "Menjadi bupati adalah kecelakaan dalam sejarah hidup saya. Pernah, suatu hari saya menangis sujud di kaki ibu saya, betapa beratnya menjadi pemimpin, sangat berat sekali," ungkapnya.
Kalau tahu, lanjut ia, lebih baik ia terjun ke medan perang, memimpin pasukan dalam menghadapi musuh. Kenapa ia sampai takut menjadi Bupati. Padahal, ia pernah turun ke medan perang di Papua yang ada Organisasi Papua Merdeka (OPM). Hingga, blusukan ke sarang preman di Tanjung Priuk sebagai intel dan semuanya harus bertaruh nyawa untuk melakukannya.
"Karena menjadi pemimpin itu, akan banyak pertanyaan yang diberikan saat hisab di akhirat nanti. Dan, itulah yang saya takutkan, oleh karena cukup satu periode saja saya memimpin rakyat Batang," tuturnya.
Jadi, tambah ia, apabila anada semua memiliki cita-cita menjadi bupati, dokter, pejabat hingga tentara sekalipun, silahkan saja. Asalkan, ingat bangun pondasi keimanan. Kalau perlu, pondasi cakar ayam yang mengakar di dalam hati anda.
Ia berkata,"kenapa harus seperti itu? Karena, anda belum tahu bagaimana godaanya di pemerintahan kalo anda tidak kuat maka tanggung sendiri akibatnya."
Nah dari mana memperkuat fondasi agama itu? Yaitu sholat. Sesuai dengan hadits nabi sholat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar. Maka, ini yang saya terapkan di dalam birokrasi pemerintahan Kabupaten Batang.
Saya keluarkan SK sholat berjamaah, kita hentikan sejenak kegiatan kita ketika waktu sholat. Setinggi jabatan anda, sekaya harta anda kembalinya nanti juga ke tanah. Bekal yang akan anda bawa bukan harta, bukan pula pangkat akan tetapi amal ibadah anda.
Lalu kemana kita mencari bekal tersebut? Ya, ke masjid, majelis taklim perbanyak silaturahmi dan lain-lain. Semoga Allah meridhoi dan menerima puasa ramadhan tahu ini. Aamiin