Zakat Sedekah Wakaf
×
Masuk
Daftar
×

Menu

Home Tentang Kami Program Laporan Mitra Kami Kabar Daqu Sedekah Barang

Mulai #CeritaBaik Kamu Sekarang

Rekening Zakat Rekening Sedekah Rekening Wakaf

Alamat

Graha Daarul Qur'an
Kawasan Bisnis CBD Ciledug Blok A3 No.21
Jl. Hos Cokroaminoto
Karang Tengah - Tangerang 15157 List kantor cabang

Bantuan

Call Center : 021 7345 3000
SMS/WA Center : 0817 019 8828
Email Center : layanan@pppa.id

Adab Seorang Muslim Ketika Bencana

10 January 2022   3032
Image

Bencana merupakan peristiwa yang tak dapat diprediksi secara tepat oleh manusia. Terkadang bencana datang tiba-tiba dan menelan banyak korban.

Sebagai seorang muslim, kita dituntut untuk tetap bersikap penuh adab Islami meski dalam kondisi genting seperti bencana. Lantas, apakah adab seorang muslim ketika ada bencana?

1. Menyelamatkan diri
Saat terjadi bencana, hukum menyelamatkan diri menurut imam Ghazali terperinci sebagai berikut:

a. Jika diduga atau diyakini tidak akan selamat ketika bertahan di tempat bencana maka wajib hukumnya menyelamatkan diri
Jika hanya sebatas praduga dirinya tidak akan selamat, maka tidak ada kewajiban baginya untuk menyelamatkan diri.

b. Sebagaimana wajib menyelamatkan dirinya, wajib juga menyelamatkan orang lain, bahkan orang yang dalam kondisi melaksanakan shalat fardhu pun boleh untuk membatalkan shalatnya demi menyelamatkan orang lain dari ancaman bencana.

“Seketika itu ada seseorang (Sahabat Abu Barzah al-Aslami Ra) yang sedang shalat dan tali kendali hewan tunggangannya (dipengang) di tangannya, lalu tiba-tiba hewan itu menyeretnya dan ia pun mengikutinya … (HR. Al-Bukhari)

2. Bersabar
Musibah apapun yang terjadi adalah kehendak Allah, maka hendaknya manusia menerimanya dengan ikhlas dan sabar. Bila seseorang bersabar, derajatnya akan dinaikan oleh Allah, namun jika sebaliknya maka murka Allah yang didapat.

“Sesungguhnya besarnya balasan sesuai dengan besarnya ujian, Sesungguhnya ketika Allah mencintai suatu kaum, Allah akan mengujinya. Barang siapa yang menerimanya dengan kerelaan maka ia akan mendapatkan ridha Allah, dan barang siapa yang membencinya maka ia akan mendapatkan murka Allah” (HR. At-Tirmidzi).

3. Berdzikir Istirja’
Salah satu yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya saat terkena bencana adalah dengan membaca kalimat istirja’ atau ucapan:

إِنَّا لِلهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ

“Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali.”

Allah menegaskan bahwa orang yang bersabar dan membaca istirja’ saat terkena musibah adalah orang-orang yang beruntung.

“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. (QS. Al-Baqarah, ayat 155-156).

4. Berdoa
Hendaknya berdoa untuk keselamatan dan kebaikan sesuai dengan bencana yang terjadi.

“Nabi shalallahu 'alaihi wassalamketika ada angin bertiup sangat kencang beliau berdoa: ‘Ya Allah, sungguh aku memohon kepadamu kebaikan angin, kebaikan apa yang ada di dalamnya dan kebaikan apa yang dikirimkan dengannya; dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya, dari keburukan apa yang ada di dalamnya dan keburukan apa yang dikirimkan dengannya,” (HR. Muslim).

5. Melakukan shalat sunnah
Bila memungkinkan, hendaknya melakukan shalat sunah mutlak dua rakaat secara sendirian, sebagaimana ditegaskan oleh Syekh Ibn al-Muqri (755-837 H/1354-1433 M) pakar fiqih Syafi’i asal Yaman yang dikutip oleh Syekh Nawawi Al-Bantani:

“Disunnahkan bagi setiap orang untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan berdoa dan semisalnya, ketika terjadi gempa bumi dan semisalnya, seperti petir dan angin yang dahsyat dan gerhana; dan disunnahkan juga untuk shalat (sunnah) di rumahnya secara sendirian sebagaimana dikatakan oleh Ibnul Muqri, agar tidak lalai, berdasarkan hadits bahwa Nabi SAW ketika ada angin bertiup sangat kencang ia berdoa, ‘Ya Allah, sungguh aku memohon kepadamu kebaikan angin…’”

6. Bencana Alam untuk introspeksi diri, bukan menjustifikasi kesalahan orang lain
Ada banyak anggapan bahwa bencana alam diakibatkan oleh perilaku orang lain. Mereka menganggap bahwa bencana alam merupakan azab atas perlakuan orang lain yang zhalim. Betulkah anggapan demikian?

Perlu diluruskan bahwa tidak setiap bencana merupakan bentuk azab, bahkan bisa jadi merupakan cobaan bagi orang mukmin untuk meninggikan derajatnya. Syekh Abdul Qadir al-Jilani mengatakan:

“Ketahuilah bahwa cobaan tidak datang kepada seorang mukmin untuk merusaknya, namun datang untuk menguji keimanananya.”

7. Bertaubat
Taubat merupakan kewajiban bagi setiap orang muslim yang pernah melakukan dosa.

Dalam kondisi bencana taubat bisa menghilangkan dan mengangkat musibah yang diturunkan Allah kepada hambanya. 

8. Anjuran Membantu Korban Terdampak Bencana Alam
Ketika bencana terjadi dan meninggalkan kerusakan, seperti yang melanda di sebagian tanah air kita, sebagai seorang manusia sudah sepantasnya kita ikut merasakan iba terhadap mereka. Sebuah perasaan iba tidak cukup untuk disimpan, tapi butuh untuk diungkapkan dengan tindakan nyata yang kita mampu. Dalam hal ini Allah telah memerintahkan kita untuk saling membantu dalam firmannya:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan  dan  takwa,  dan  jangan  tolong-menolong  dalam  berbuat  dosa  dan  pelanggaran.  Dan  bertakwalah  kamu  kepada  Allah,  sesungguhnya  Allah  amat  berat  siksa-Nya”  (Q.S. Al-Māidah ayat 2).

Selain bantuan berupa materi, Islam juga memerintahkan untuk memberi bantuan moral terhadap orang yang terkena musibah. Bantuan moral ini terealisasi dengan memberi motivasi terhadap korban untuk bersabar dan kuat dalam menjalani kenyataan yang ada. 

Ketika tetangga terkena musibah maka berta’ziyah padanya, yakni dengan memotifasi untuk bersabar dan memdoakan kebaikannya. 

Keywords : Bencana, Islam, Adab